Perjalanan 6 Bulan Belajar Investasi Saham



Hai.

Sebenarnya bingung mau mulai cerita dari mana. Karena sebelumnya gak punya niatan mau sharing seputar saham di blog ini, apalagi di instagram story. Takut euy. Takut dijudge ini itu anu. Habis gimana, masih banyak yang menyamakan saham dengan bitcoin, forex, dll. Atau malah ada yang nyamain sama MLM? Hehe. Padahal kalo mau browsing, zaman sekarang udah enak banget mau nyari info tentang saham. Dari soal halal haramnya, keuntungannya, kesulitannya, dll. Semua informasi ada di ujung jari.

Btw, dari yang awalnya nggak mau sharing apa pun soal saham, aku jadi gregetan juga pengen cerita-cerita. Jadi awalnya tuh beberapa hari lalu ikutan mini giveaway di akun @ngertisaham, ndilala komenannya dicapture & masuk instagram story mereka. Berimbas pada DM instagram yang mendadak cukup ramai dengan pesan-pesan dari teman-teman baru yang nanya seputar saham. Daripada ngetik hal yang sama berulang kali, mending tulis di blog aja ya kan. Kalo ada yang nanya, tinggal kasih link postingannya hehehe. Praktis!


Genks, kita samakan persepsi dulu ya sebelum jauh bicara soal saham.

SAHAM = bukti kepemilikan perusahaan.

Sesimple itu.

Jadi please jangan disama-samakan sama bitcoin, forex dan teman-temannya itu. Beda. Beda jauh.

Beli saham itu sebenernya sama aja kayak kita invest sejumlah uang di perusahaan punya temen, lalu kemudian berbagi keuntungan. Sound familiar? Ya saham mekanismenya juga kayak gitu. Malah lebih enak lagi, karena laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan bisa diakses dengan mudah. Jadi kamu bakal gampang banget tau, itu si perusahaan A labanya berapa, hutangnya berapa, pertumbuhannya kaya gimana, suka bagi dividend ato pelit. Semuanya bisa kamu cek.

Perusahaannya ada apa aja?

Banyak. Banyak banget.

Perbankan ada, consumer good ada, pertambangan ada. Komplit. Tinggal pilih aja kamu maunya jadi pemilik sekian persen saham perusahaan mana.

Harganya?

Beda-beda dong. Harga saham satu perusahaan dengan perusahaan lain tentu aja beda. Tergantung performa si perusahaan. Kalo performa oke, laba naik terus, harganya tentu akan mengikuti.

Nah, yang paling penting juga adalah motif yang melatarbelakangi kenapa kamu pengen beli saham.

Pengen cepet kaya?

Plis gausah beli saham. Mending ngepet aja kayak di FTV-FTV. Wkw. Gabisa beb berharap semu hari ini beli saham, besoknya return 50%. Mimpi. Eh bisa sih, tapi itu case khusus. Pasti sedang ada pergoncangan di bumi ini sampai harga saham bisa melejit atau menukik sedemikian rupa. Ini aku lagi bicara soal saham bluechips ya, kalo saham gorengan sih tinggal osreng aja harganya udah naik turun ga masuk akal.

Harga saham pasti bakal naik?

Naik turun dia tuh. Tapi kalo fundamental oke, kinerja oke, dalam jangka panjang kemungkinan besar akan naik.

Jangka panjang, seberapa lama?

Minimal 5 tahun deh.

Jadi kalo kamu punya uang simpanan buat nikah tahun depan, jangan dijajanin saham dan mengharap capital gain. Iya kalo tahun depan harganya naik, kalo lagi goyang, emang mau batal kawin?

Kalo mau investasi saham mending pakai ‘uang dingin’, ‘uang nganggur’ atau apa pun lah yang nggak akan mengganggu stabilitas kehidupan sehari.

Aku sendiri meski udah yakin banget mau investasi saham dalam jangka panjang, tetap nahan-nahan diri buat gak pake uang gaji dari kantor. Saham cuma boleh dibeli dari sumber income lain. Kalo dalam kasusku ini, aku baru beli saham kalo fee kerjaan online kayak ngebuzzer atau job review sudah meleleh. Biar hati tenang walo pergerakan harga saham naik turun tidak terkendali. Karena dana darurat, tabungan berjangka & uang cash di dompet harus tetap ada. Gicuuu. Jadi uangmu jangan dihabisin buat saham semua beb. Kalo lagi butuh cash, masa harus jual saham dulu? Kalo pasar lagi merah, rugi dong kamyu.

Amannya, kamu udah punya budget untuk hal-hal ini sebelum investasi saham.

Dana darurat.

Kita gak tau apa yang akan terjadi esok hari. Entah bakal kena mutasi, entah income lagi seret, entah sodara butuh bantuan, dan lain-lain. Kita gak pernah tau. Makanya kita butuh dana darurat untuk menutupi jika sewaktu-waktu terjadi kejadian tak terduga yang butuh biaya. Besaran dana darurat tentu aja beda-beda per individu. Antara yang single, menikah, apalagi beranak dua, tentu nominal dananya akan berbeda.

Dana untuk asuransi kesehatan.

Aku pernah ngalamin dong. Nginep 4 ato 5 malam di rumah sakit, abis 3 jutaan karena gak punya asuransi kesehatan. Pft monang. Jadi punya asuransi kesehatan itu hukumnya wajib jib jib. Kalo gak mau beli asuransi kesehatan premium, BPJS juga udah sangat membantu. Jangan nunggak-nunggak bayar angsuran bulanan tapi ya. Kasian negara. Negara mau bantu kamu, kamunya gak kooperatif. Kan nengel.

Tabungan jangka pendek.

Kalo untuk kebutuhan setahun dua tahun ke depan, mending nabung manual aja dibanding beli saham. Daripada daripada ya kann. Mending cari yang aman-aman saja. Kalo susah nabung, kayak aku aja pakai tabungan berjangka. Mau gak mau harus nabung sekian sekian per bulan. Rasanya pahit kayak bayar cicilan bank, tapi pas uangnya cair setahun dua tahun kemudian, berasa dapat uang kaget. Haha. Oh iya, untuk tabungan jangka pendek yang aman juga bisa beli obligasi pemerintah deng. Terjamin & menguntungkan. Meski gainnya di bawah saham. Tapi gak kenal porto merah beb. Pasti aman. Kapan-kapan aku bahas soal obligasi deh ya.

Jenis investasi sebanyak itu, gaes. Ada obligasi, ada deposito, ada reksadana, juga masih ada yang lainnya. Mana nih yang paling bagus? Yang paling bagus tentu aja investasi yang sesuai sama kebutuhan kamu. Misalnya nih, kamu mau nyimpen dana darurat, bijak gak kalo kamu nyimpennya dalam bentuk saham emiten tertentu? Nggak. Soalnya harga saham sefluktuatif itu. Ketika ada kondisi darurat yang membuat kamu harus mengambil sejumlah dana di budget dana darurat, masa harus jual saham? Tekor dong nanti kalo ternyata saham milik kamu lagi ‘merah’.


Untuk dana pendidikan anak, dana haji, atau dana buat beli mobil tahun depan pun terlalu beresiko kalo nyimpennya di saham, lebih baik investasi jangka pendek untuk pemula misalnya dengan jangka satu tahun yang bikin untung. Kamu bisa beli obligasi pemerintah, kamu bisa nyimpen dana di deposito, kamu bisa beli reksadana pasar uang, pokoknya pilih yang pergerakannya yang tidak begitu naik turun, bikin hati deg-degan. Kalo saham, aku pribadi menjadikannya sarana menuju kebebasan finasial di masa tua, sebagai dana pensiun, sebagai sumber sumber income dengan dividennya yang bikin seneng. Jadi bukan sebagai sarana cuan-cuan sesaat saja. 


Kebutuhan sehari-hari sudah aman.

Mentang-mentang ngejar pengen punya saham ICBP yang banyak, akhirnya bela-belain makan Indomie tiap hari. Duh jangan. Kesehatanmu nomor satu. Lagian investasi itu harusnya menyenangkan, jangan sampe bikin kamu sengsara, ujung-ujungnya malah trauma. Santai aja. Pelan-pelan. Jangan serakah lihat gain yang pelan-pelan merekah.

Nah, sekarang aku cerita dulu gimana ceritanya aku kenal saham yay.


Akutu kerja yang beneran kerja di kantorku sekarang mulai dari tahun 2014. Dari zaman masih kuliah. Kalo dihitung-hitung, dari mulai masuk kerja, sampai sekarang, gajiku udah naik sekitar 3x dari semula. Tapi sialnya aku tetap ngerasa kurang. Habis mulu gabisa nabung. Ada yang senasib?

Karena ngerasa lemah banget urusan finansial, bulan Oktober tahun lalu, aku ikutan Money Class dari Jouska. Ada followers Jouska kah di sini?

Simply karena di tahun 2017 sudah pernah ikut langsung workshop sama Mas Aakar, founder Jouska. Waktu itu ga sengaja sih ikutnya. Kebetulan lagi di Jakarta karena lagi diklat. Pas weekend ada acara dari komunitas Emak Blogger, ikutan deh, dan ternyata bahasannya soal keuangan. Cincai. Jadi akutu udah jadi followersnya Jouska sejak instagramnya masih baru, sampai sekarang udah hits banget.

Nah singkatnya, di Money Class itu, peserta diajarin buat aware sama

Dana darurat

Asuransi kesehatan

Investasi

Investasi yang disinggung adalah saham. Tapi waktu itu belum tertarik. Saham itu masih begitu jauh rasanya. Gak kebayang belinya kayak gimana. Ribet. Dan kayaknya mahal.

Pulang dari Money Class, masih suka mantengin instagram Jouska. Dari mulai lihatin postingannya, baca caption sampai baca-baca kolom komentar. Dan di kolom komentar itulah nemu akun @ngertisaham. Dulu namanya masih Ruang Saham.
Waktu itu langsung tertarik sama konten yang mereka hadirkan karena berasa dekat aja gitu sama kehidupan sehari-hari. Ingat banget waktu itu lagi bahas tentang Stock Pick Indomie.

Siapa sih yang gasuka Indomie?

Apalagi varian mie gorengnya yang enak banget astaga. Enaknya gak luntur dari dulu sampai sekarang masa.

Dan meski sudah mengkonsumsi Indomie bertahun-tahun, baru di 6 bulan terakhir aku baru ngeh kalo aku bisa jadi pemilik sebagian keciiiiillll (maksudnya kecil banget haha) saham Indomie. Yap, jadi pemiliknya Indomie loh meski persentasenya 0,000000000001. Buseet. Nolnya banyak banget ya wkwk. Tapi tetap lebih baik dibanding sekedar jadi konsumen dari tahun ke tahun.   

Semangat banget pokoknya stalking akun instagram @ngertisaham waktu itu (Sampai sekarang pun masih sih hehe). Sambil sekalian browsing. Nyari tahu halal tidaknya transaksi saham bagi pemeluk agama Islam, saham itu mekanismenya seperti apa, saham apa yang oke buat pemula, sampai ke perusahaan sekuritas.

Seminggu kemudian aku datang ke perwakilan BEI di Bengkulu. Alamatnya di Pintu Batu (Samping Surya Bakery). Aku memilih perusahaan sekuritas karena bisa daftar online, plus biayanya cuma 100 ribu (itu pun balik lagi jadi saldo di RDN, jadi sama aja kayak gratis sih). Sebenarnya kalo males datang ke kantornya bisa kok diberesin pakai cara online. Jadi kan daftar isi data-data secara online, dah tu diprint, lalu dokumennya dikirim ke kantor Indopremier pusat di Jakarta. Tapi karena males ngirim-ngirim, mending sekalian aja mampir ke Indopremier Bengkulu.

Nah, jadi di situ aku buka RDN alias Rekening Dana Nasabah (kalo mau beli saham, ya harus punya RDN dulu beb). Nunggu RDN beres, dapat password, SID & SRE, sekaligus diajarin cara beli saham via aplikasi di smartphone atau via website. Ga sampai seminggu, udah bisa beli saham incaran.

Iya segampang itu huhu. Sama aja kayak belanja online. Asli. Ga ada ribet-ribetnya sama sekali.

Segitu dulu ya sharingnya. Udah panjang banget ini. Pan kapan dilanjutin lagi. Mungkin versi 9 bulan atau 1 tahun belajar investasi saham. Hehe.

Sharing dong di kolom komentar, kamu udah investasi saham belum? Kalo belum, kendala atau ketakutannya apa? Sini kasih tau aku :)



2 comments

  1. Sound interest mbak.. Aku blum investasi saham karna emang blum ngerti mbak .. Pengennya t bljar langsung. Atau kayak mbak lah. Ada ikut kegiatan workshopny gtu. Hehe

    ReplyDelete

Makasih udah baca, tinggalin jejak dong biar bisa dikunjungin balik ^^