Belajar Makna ‘Sahabat’ dari Senyum Syukur


"Sahabat itu adalah air, meskipun emas lebih berharga daripada air, tapi faktanya manusia lebih membutuhkan air melebihi emas"



Kalimat pembuka di ataslah yang membuka pintu gerbang bagi saya untuk ‘mengenal’  Senyum Syukur. Waktu itu, sang empu sedang mengadakan giveaway dengan tema yang membuat saya tercenung, “siapa sahabatmu?” Saya menulis ragu, sahabat-sahabat saya itu .. umm, di SMP, saya punya beberapa orang yang bisa saya sebut teman baik, teman main yang asyik. Di SMA pun sama, juga di dunia kampus, saya tak pernah sendiri. Selalu dikelilingi dengan beberapa orang teman yang membuat hari saya cerah. Namun, apa benar mereka sahabat saya?


“Punya sahabat itu indah. Terlebih yang berlari bersama dalam menggapai mimpi. Indahnya perjuangan dan pengorbanan ada dalam kebersamaan. Tertawa, tersenyum, bahagia dan bahkan menangis akan lebih indah jika bersama. Bersama kita bisa, bersama kita gapai impian.

Mimpi yang tinggi tentunya memerlukan perjuangan yang keras, pengorbanan yang besar, serta sahabat-sahabat yang tangguh. Sahabat yang
mau bermimpi, bangun, kemudian berlari bersama mewujudkan mimpi, impian dan cita-cita itu. Sahabat yang mau lelah bersama, menangis bersama, dan akhirnya tersenyum bahagia bersama pula.” – Senyum Syukur

Saya kadang sedih ketika menyadari satu hal. Saya dan para ‘sahabat’ seolah memiliki batas waktu kebersamaan. Sahabat saya di SMP jarang bersua dengan saya sekarang, sahabat SMA pun sama, dan dengan beberapa sahabat di dunia perkuliahan, saya pun merasa serupa. Mereka sahabat saya, namun tidak berlari bersama mengejar mimpi yang serupa. Saya berlari menuju A, mereka berbelok mengejar B. Saya kadang menciut bila mengingat betapa saya berlari mengejar impian saya sendirian. Iya, terseok-seok di perjalanan mimpi tanpa seorang teman perjuangan. Jatuh bangun sendiri. Menangis sendiri namun tentu saja saya akan mengajak mereka tertawa bersama mengecap hasilnya.

Saya mengucap syukur setengah mati ketika pada akhirnya menemukan sosok yang ‘serupa’ dengan saya. Punya impian tinggi, gemar melakukan hal-hal baru, gemar mengingatkan saya dalam kebaikan, dah ah.. dia suka menulis pula, aktivitas yang begitu mencuri perhatian saya, terlebih setahun ini. Maka mulailah saya dan sahabat saya itu merangkai hari-hari indah. Menulis bersama, saling mengingatkan ketika ada deadline, saling mengompori bila perasaan malas sedang singgah pada hati yang lainnya, dan saling tertawa riang ketika mendulang kemenangan bersama. Saat itu saya benar-benar merasa bahwa ia adalah sahabat yang saya cari. Sahabat yang bisa berjalan beriringin pada jalan impian yang sama dengan saya.

Hingga kemudian, beberapa bulan kemudian, sang sahabat punya kesibukan baru. Ia meninggalkan saya menulis sendirian. Ia tenggelam dalam mimpi barunya, sedangkan saya masih berkubang dalam lautan mimpi yang sama. Tak ada lagi kegiatan menulis bersama, tak ada lagi benang merah impian yang menyatukan hari-hari kami. Pelan namun pasti, jarak di antara kami pun terurai.

Jika ditanya tentang hobi, maka diantara kami ada yang lihai bermain bola, ada pemain basket, badminton, bahkan yang tak suka olahragapun ada. Soal minat, diantara kami ada penggila Fisika, penggemar Matematika, pecinta Kimia, ahli Kebumian, penjelajah malam, pembaca novel, kutu komik, dan bahkan pengamat ekonomi dan politik juga ada. Kalau berbicara karakter, diantara kami ada pejuang dan pekerja keras, pemalas dan penunda-nunda, pendiam dan pendebat, bahkan pentidurpun ada.
Dengan minat dan karakter yang beragam itu tak heran jika cita-cita kami menjadi bermacam-macam. Ada yang ingin jadi ilmuan, dokter, pengusaha, penulis dan bahkan seorang bupatipun ada. Namun semua perbedaan itu tak menjadi penghalang kami untuk senantiasa bersama dan berjuang.” – Senyum Syukur

Saya meresapi untaian kata yang dikatakan oleh Senyum Syukur pada Inilah Sahabatku. Ah, benar, bersahabat sama sekali bukan melulu mencari persamaan, melainkan belajar menerima perbedaan. Sahabat-sahabat saya berhak punya kesibukan lain, bahkan berhak pula menjalin persahabatan dengan orang lain. Jalinan persahabatan sama sekali bukanlah kerangkeng yang membatasi ruang gerak, melainkan menghadirkan udara baru yang bisa membuat kita bernafas dengan lebih lepas. 

Dan sekarang, jika ditanya siapa sahabat saya, saya akan menjawab .. mereka. Mereka yang memberi warna pelangi di hari-hari saya pada masa putih biru, putih abu dan tentunya hari-hari saya di dunia tanpa seragam sekarang. Ya, mereka sahabat saya. Meskipun kami punya passion yang berbeda, meskipun kami tak selalu seiya sekata, meskipun jarak dan kesibukan membentang diantara kami, tapi mereka tetaplah ‘sahabat’ saya. Orang-orang yang berada dalam tubuh berbeda, namun memiliki kebahagiaan yang sama. Turut bahagia ketika sahabatnya bersuka cita. Menjadi orang yang akan selalu mendoakan sahabatnya agar selalu diselimuti dengan limpahan kebahagiaan.

***

 Senyum Syukur yang dirahmati Allah, dalam urusan buku atau novel, saya tak bisa menyarankan apa-apa pada saudara. Karena saya yakin kita berbeda selera baca. Saya menyukai novel-novel karya Winna Effendi, tapi saya tak akan menyarankan saudara untuk membacanya. Tapi, saya pernah membaca artikel di blog seorang muslimah. Namanya kak Primadita Rahma. Artikelnya ringan, namun mampu membuat jiwa pemimpi saya tertohok. Apapun impian kita, sekecil apapun ia, ia layak untuk diperjuangkan menjadi nyata. Bukan hanya itu, ‘senyeleneh’ apapun impian yang kita punya, just be proud of it. Apalagi kalau impian itu membawa dampak baik bagi orang banyak, Insya Allah akan dikabulkan oleh-Nya. Dan pada tulisan ini, kak Prim merangkai impiannya dengan apik dan segar. Saya takjub, sambil mengucap aamiin berkali-kali. Semoga saudara Senyum Syukur juga menyukai isi artikelnya yang ‘lucu dan nyeleneh’ namun tetap sarat makna itu. Pelajaran yang saya ambil dari sosok kak Prim adalah ‘Beranilah untuk bermimpi, sebesar apapun itu. Jika bermimpi saja sudah tak percaya diri, bagaimana bisa untuk meraihnya dalam kenyataan?”

***

Dan terakhir, saran untuk toko online Senyum Syukur:

http://www.senyumgadget.com/

*Judulnya ‘menipu’. Saya kira barang-barang yang dijual benar-benar berupa gadget (tablet, handphone, notebook), namun ternyata hanya aksesorisnya saja. Apakah kelak memang tujuannya ingin menjual barang-barang seperti itu saudara Senyum Syukur? Semoga iya. Namun untuk sementara, lebih baik diberi penjelasan bahwa toko online saudara menjual aksesorisnya buka gadgetnya. Agar para pengunjung tak merasa tertipu lalu malah melipir pulang. 

*Lekas-lekas jualannya diperbanyak. Mungkin, bagi sebagian orang yang belum mengenal Senyum Syukur, mereka malah mengganggap bahwa toko online saudara hanya ‘becandaan’ alias bohongan. Mereka tentu akan lebih yakin ketika barang dagangannya sudah melimpah, sertakan juga laman khusus untuk foto bukti pengiriman kepada pelanggan *bisa diperlihatkan juga nomor resi pengiriman barang.  

*Sertakan keterangan pada bagian bawah barang yang dijual. Keterangannya harus komplit, itu barang apa, harganya berapa jika disertai ongkir dan keterangan pendukung lainnya.

*Untuk tampilan secara umum, saya pribadi suka. Penampilan minimalis dan simple seperti itu tidak membuat siwir mata dan bisa klik-klik barang yang dicari tanpa rasa buru-buru ingin keluar dari ‘tokonya’. Tetap seperti itu ya Senyum Syukur, supaya pelanggan tak takut kehabisan kuota jika mengakses situs jualannya.

Saya rasa cukup sekian, semoga berkenan dengan sedikit tulisan dan sarannya. Terimakasih telah mengadakan giveaway yang menginspirasi. Semoga selalu dimudahkan langkahnya untuk berbagi kepada sesama :)


7 comments

  1. Terimakasih sudah ikutan, terdaftar sebagai peserta ke 12 :)

    ReplyDelete
  2. sahabat yang sejati memang harta yg tak ternilai harganya. semoga sukses GA nya!! :)

    ReplyDelete
  3. Salam santun mba,...
    barkunjung dan follow back blog saya ya,.. http://www.santri-indigo.com/

    ReplyDelete

Makasih udah baca, tinggalin jejak dong biar bisa dikunjungin balik ^^