Sweet Triangle



Senja perlahan mulai menyelimuti langit kota Bengkulu. Di salah satu sudut taman kota yang hijau, Lulu menangis tergugu. Tangis kehilangan, tangis karena merasa tak lagi dibutuhkan. Sialnya, semakin ingin ia mencoba menghapus bayangan Decta –si biang kerok yang sukses membuatnya menangis-, semakin nyata pula siluet gadis berponi dora itu di benak Lulu. Perlahan, seakan slide demi slide kenangan persahabatan mereka yang manis, berseliweran. Menimbulkan kombinasi rindu bercampur amarah hingga menghasilkan letupan tidak menyenangkan di jiwa. 


***
 
 “Kakak kenapa menangis?” anak kecil yang tiba-tiba muncul di dekat Lulu bertanya dengan irama super polos.

“karena kakak lagi sedih” sahut Lulu sembari berusaha mengelap bulir-bulir airmata. 

 “Sedih kenapa?”

Segitiga.” Sengaja Lulu memberikan jawaban super pendek, dengan harapan si bocah akan segera beranjak meninggalkannya seoarang.

Namun tidak.

“Kenapa sama segitiga? Apa kakak tidak bisa menerapkan rumus Phytagoras? Atauuuu … kakak sedang terjebak dalam takdir cinta segitiga?” kali ini si bocah tergelak menahan tawa.

“Deuh, anak kecil tau apa soal cinta-cintaan?” jawab Lulu gemas.

 “Sahabat kakak punya sahabat baru. Dan itu membuat kakak kesal setengah mati. Kakak lebih suka kami bersahabatan berdua, tidak membentuk persahabatan segitiga macam begini.” sambung Lulu.


Si bocah kecil tersenyum, sambil berkata “kak, persahabatan itu tidak memegang kekang kendali, namun membebaskan. Persahabatan memberi rasa manis, bukan malah menjadikan hati teriris. Persahabatan tidak pernah membatasi diri dalam kuantitas. Mau berdua, segitiga, segiempat atau malah segi banyak, persahabatan tetap saja menjadi salah satu hal paling manis di bumi ini.”

Lulu terpekur. Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. Kenapa pula ia harus membenci Decta, kala gadis yang sudah 7 tahun bersamanya itu mulai mengenal teman baru. Bukankah persahabatan itu membebaskan?

“Terimkasih ya dek.. nasihat kamu berarti banget buat ka …”  belum sempat Lulu menyelesaikan ucapannya ia menyadari bahwa si lelaki keci yang tadi bersamanya, sudah menghilang entah kemana.

“Loh kok hilang? Batin Lulu.

Hiiiiyyyyy ..



*note : 300 kata pas*




1 comment

Makasih udah baca, tinggalin jejak dong biar bisa dikunjungin balik ^^